Menanam Kebajikan - Random article from an Indon newspaper
Hmmm.... I am surprised that I can still understand the language fully.
Menanam Kebajikan - Ratna Megawangi
"Perhaps I had a wicked childhood,
Perhaps I had a mis'rable youth.
But somewhere in my wicked, mis'rable past
There must've been a moment of truth.
For here you are, standing there,
Loving me.
Whether or not you should
So, somewhere in my youth or childhood
I must have done something good.
Nothing comes from nothing
Nothing ever could
So somewhere in my youth or childhood
I must have done something good" (Oscar Hammerstein II)
AGI generasi seumur saya, mungkin cuplikan lagu di atas tidak asing lagi, yaitu lagu dari sebuah film musikal yang terbaik dalam sejarah perfilman dunia, The Sound of Music, yang diproduksi tahun 1965.
Kebetulan baru-baru ini saya membeli DVD-nya dan menonton kembali bersama anak saya yang ternyata juga menyukainya. Lagu tersebut dinyanyikan oleh Maria (diperankan oleh Julie Andrew) ketika ia sedang jatuh cinta pada Captain Von Trapp (diperankan oleh Christopher Plummer).
Ketika Maria mengetahui bahwa Von Trapp juga mencintainya, ia merasa dirinya tidak pantas untuk dicintai oleh Von Trapp, seorang duda tampan dan kaya raya. Ia menyadari bahwa dirinya tidak sempurna, dan ketika ia ingin menjadi seorang biarawati, oleh kawan-kawannya dianggap sosok yang "bandel" sehingga dianggap tidak cocok untuk menjadi biarawati.
Namun Maria yakin bahwa terlepas dari kenakalan yang ia pernah lakukan ketika masih kecil, kebahagiaan yang diperolehnya pasti berasal dari sesuatu yang baik yang ia pernah lakukan.
Mungkin kita juga pernah mempunyai pengalaman yang sama ketika mendapatkan sesuatu yang berharga dan merasa tidak patut menerimanya. Setiap orang pasti pernah berbuat salah, namun yang penting adalah apakah kita mau menyadari ke- kurangan diri dan mau berusaha untuk memperbaikinya.
Saya teringat, ketika adik bungsu saya lahir, saat itu saya berusia 16 tahun, seorang tetangga datang menjenguk dan berkomentar: "Aduh... mukanya mirip seperti Ratna. Tetapi mudah-mudahan jangan nakal seperti Ratna."
Komentar tersebut adalah wajar, karena kedua anaknya ketika masih di TK dulu sering saya musuhi kecuali kalau saya diberi kue atau permen. Terlepas dari kenakalan saya masa kecil dulu, saya yakin bahwa saya juga pernah melakukan sesuatu yang baik. Paling tidak, sudah banyak kesalahan yang saya perbaiki, walaupun sampai sekarang masih sering berbuat salah.
***
INILAH mungkin misteri kehidupan mengapa manusia dilahirkan ke dunia untuk berbuat kesalahan, menyadarinya, dan mau memperbaikinya agar menjadi lebih baik. Keinginan untuk mengubah diri inilah sikap yang diinginkan oleh Tuhan agar manusia dapat mencapai kesempurnaan.
Seperti sebuah hadis yang mengatakan, "Celakalah orang yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin, dan merugilah orang yang hari ini sama dengan hari kemarin, dan beruntunglah orang yang hari ini lebih baik dari hari kemarin."
Artinya, setiap manusia memang tidak sempurna, tetapi diharapkan untuk terus mengubah dirinya. Ini adalah perbuatan yang baik, maka hasilnya pun akan semakin baik.
John C Maxwell, seorang penulis buku terkenal, Thinking for a Change, pernah berkata, "Your life today is a result of your thinking yesterday. Your life tomorrow will be determined by what you think today."
Sebuah ungkapan yang tentu saja kita semua sudah mengetahuinya, seperti halnya kita mengetahui sebuah ungkapan "kita memanen apa yang kita tanam". Adalah hal yang mustahil kalau kita menanam biji jagung akan memanen padi.
Namun, kebanyakan manusia tidak menyadari bahwa setiap pikiran dan langkah yang sedang diambil adalah sama halnya dengan menanamkan benih yang nantinya akan dipanen. Kalau pikiran dan tindakan yang diambil baik, hasilnya akan baik. Sebaliknya, pikiran dan tindakan yang buruk, hasilnya pun akan buruk.
Kehidupan yang buruk adalah hasil dari perbuatan buruk. Sebuah masyarakat yang kacau dan korup, karena hasil dari tindakan manusia-manusianya yang berpikir negatif dan berperilaku korup.
Sebuah hukum alam yang amat mudah dimengerti. Tetapi mengapa kebanyakan manusia sulit untuk menyadari bahwa ketika ia sedang berpikir dan mengambil suatu tindakan, ia sebenarnya sedang menanamkan benih yang mungkin nanti anak cucunya akan memetik hasilnya.
****
SAYA sekarang bisa mengerti mengapa negeri ini banyak menerima musibah, karena kita sedang menuai panen dari benih-benih perilaku korup yang disebarkan oleh para pemimpin dan pejabat di negeri ini sejak puluhan tahun yang lalu.
Bagaimana tidak, begitu mudahnya para pelaku bisnis memberikan suap, dan para pejabatnya yang mau menerima suap, meminta kick-back, bahkan yang lebih buruk lagi me-markup nilai proyek.
Padahal semua pejabat publik sudah mengucapkan sumpah jabatan yang bunyinya bisa membuat bulu kuduk berdiri, yang kira-kira berbunyi, "Demi Allah, saya bersumpah bahwa saya, baik langsung ataupun tidak langsung, TIDAK akan memberi atau berjanji untuk memberi sesuatu, atau menerima sesuatu dalam bentuk apapun juga, dari siapa pun juga, yang saya tahu atau patut saya ketahui bahwa yang bersangkutan mempunyai kaitan dengan jabatan dan kedudukan saya."
Berhubung sumpahnya amat berat karena memakai nama Tuhan, dan secara sengaja banyak yang melanggarnya, maka kasihan negeri ini harus terus memanen keburukan. Padahal kita semua mengetahui bahwa kita diwajibkan untuk memberi makan anak-anak kita dengan harta yang halal dan baik.
Jangan-jangan dengan semakin tingginya kasus kekerasan, konflik antarelite politik, tindakan kriminal, keterlibatan miras dan narkoba, termasuk perceraian suami-istri serta perilaku mencontek, disebabkan oleh para individunya yang "ditanamkan" benih-benih yang tidak baik.
Kawan saya bilang, harta haram yang diberikan kepada keluarga, dosanya sampai tujuh turunan, sehingga ia selalu berdoa, agar uang yang masuk ke kas keluarga adalah yang halal saja.
Oleh karena itu, seperti yang disarankan oleh John Maxwell, hendaknya kita sejak sekarang mulai berubah, yaitu untuk selalu berpikiran baik, berniat baik, serta melakukan tindakan yang baik-baik saja.
Kasihan anak cucu kita yang akan mewarisi negeri ini, karena merekalah yang akan memanen hasil dari perbuatan yang kita tanam. Seperti sebuah pepatah, "Every thought is a seed. If you plant crab apple, don't count on harvesting golden delicious".*